Masyarakat Indonesia mengenal tindihan (direp-rep) sebagai kondisi seseorang saat hendak bangun tidur atau baru terlelap, tiba-tiba merasa seperti tertindih sesuatu yang sangat berat, leher seperti dicekik, dada sesak, sulit untuk bergerak maupun berteriak. Kadang disertai sedikit rasa dingin atau panas yang menjalar ke seluruh tubuh.
Fenomena ini kerap dikaitkan dengan mistis. Sebab terkadang disertai halusinasi seperti melihat sosok di sekitar tempat tidur, dan dapat berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Bentuk halusinasi yang muncul bisa menyerupai sosok sahabat, kerabat yang telah meninggal, bayangan hitam, atau hantu, tergantung latar belakang kebudayaannya.
Di negara maju fenomena ini disebut dengan mimpi buruk inkubus atau old hag berdasarkan bentuk bayangan yang muncul. Ada pula yang melaporkan melihat agen rahasia asing atau alien. Pada banyak lukisan abad pertengahan dapat kita lihat gambar roh jahat menduduki dada seorang perempuan, sehingga ia dalam ketakutannya merasa sulit bernapas.
Sleep Paralysis (Tidur Lumpuh)
Secara ilmiah, fenomena ini dikenal dengan istilah “Isolated Sleep Paralysis” (ISP). Hampir setiap orang pernah mengalaminya, setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya. Sleep paralysis bisa terjadi pada lelaki atau perempuan. Usia rata-rata orang pertama kali mengalami gangguan tidur ini adalah 14-17 tahun.
Seorang peneliti ISP, Al Cheyne dari University of Waterloo, menduga bahwa ISP adalah sejenis halusinasi karena adanya malfungsi tidur di tahap REM atau Rapid Eye Movement. Dr. Andreas Prasadja, RPSGT, menjelaskan bahwa tidur dibagi menjadi 4 tahap berdasarkan gelombang otak, yaitu tahap N1, N2, N3, dan R.
N1 adalah tahap tidur paling ringan (masih setengah sadar). N2 merupakan tahap tidur yang lebih dalam, sedangkan N3 paling dalam. R adalah REM, pada tahap ini mimpi terjadi. Urutan tidur biasanya dimulai dari N1-N2-N3-kembali ke N2-R-kembali ke N2-N3-kembali ke N2-R-kembali ke N2-N3 dan seterusnya. Gelombang otak mimpi mempunyai frekuensi mirip gelombang otak sadar. Ini menjelaskan kenapa orang bisa merasa berada dalam alam kesadaran lain ketika bermimpi.
Sleep paralysis paling sering terjadi pada orang yang kurang tidur, kelelahan, stres, dan cemas berlebihan. Saat tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Dari keadaan sadar (saat hendak tidur) ke tahap tidur paling ringan, lalu langsung melompat ke mimpi (REM). Ketika otak mendadak terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah sleep paralysis terjadi.
Kita merasa sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi adanya halusinasi muncul sosok lain yang sebenarnya merupakan ciri khas dari mimpi. Rasa sesak dan seperti dicekik muncul karena dalam tahap REM terjadi ketidaksinkronan antara lalu lintas udara dalam sistem pernafasan dengan tingkat kesadaran seseorang.
Sleep paralysis juga bisa disebabkan stres dan beban perasaan yang terbawa ke dalam mimpi. Rasa takut yang sering divisualisasikan dengan keberadaan mahluk lain, juga diduga karena sedang berusaha mengindentifikasikan rasa takut dan teror yang disimpannya dalam kehidupan nyata.
Mereka yang sering mengalami tekanan psikis dan fisik akan lebih banyak mengalami sleep paralysis. Kondisi geologis dan lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi. Misalnya mereka yang bekerja dalam shift sehingga kekurangan tidur atau memiliki pola tidur yang tidak teratur. Beberapa penelitian bahkan menemukan, perasaan positif yang sangat kuat, seperti jatuh cinta atau setelah melakukan hubungan seks, dapat pula menyebabkan sleep paralysis.
Al Cheyne menemukan bahwa sleep paralysis sering terjadi pada orang yang tidur dengan posisi terlentang, wajah menghadap ke atas. Sleep paralysis bisa muncul pada penderita sleep apnea (mendengkur) karena selalu berada dalam kondisi kurang tidur akibat napas yang terganggu.
Saat ini penelitian juga diarahkan pada pengaruh keadaan geomagnetik dan/atau keadaan geologis terhadap fenomena sleep paralysis. Para peneliti mengemukakan teori, bahwa orang-orang yang tinggal di kawasan yang secara geologis aktif, seperti di daerah sekitar Samudera Pasifik (dikenal sebagai Ring of Fire), lebih sering mengalami sleep paralysis.
Secara sains, gelombang pada otak dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam otak terdapat jutaan sel syaraf yang saling berinteraksi, interaksi tersebut adalah berupa lompatan impuls yang berupa sinyal listrik dari satu neuron ke neuron yang lain. Lompatan – lompatan impuls ini kemudian menghasilkan suatu gelombang, semakin cepat frekuensi lompatan impuls maka semakin besar frekuensi gelombang yang dihasilkan.
Secara sains, gelombang pada otak dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam otak terdapat jutaan sel syaraf yang saling berinteraksi, interaksi tersebut adalah berupa lompatan impuls yang berupa sinyal listrik dari satu neuron ke neuron yang lain. Lompatan – lompatan impuls ini kemudian menghasilkan suatu gelombang, semakin cepat frekuensi lompatan impuls maka semakin besar frekuensi gelombang yang dihasilkan.
Besarnya frekuensi gelombang otak menandakan kondisi fisik, kesadaran. dan pikiran kita..Pada keadaan normal, proses tidur manusia yang baik adalah berturut – turut dimulai dari Betha sampai Delta, namun jika keadaan tubuh kita sedang stress, kelelahan, dan jam tidur tidak teratur maka urutannya menjadi betha, alpha, delta, dan kembali ke betha. Karena gelombang otak dari tahap tidur dalam langsung lompat ke tahap sadar secara tiba – tiba, maka tubuh akan mengalami kesadaran di bagian tubuh atas (mata, telinga) tetapi bagian tubuh yang lain belum sadar (khususnya bagian bawah tubuh). Dan hal itu memicu fenomena sleep paralysis atau yang biasa disebut ketindihan. Yang menarik, saat tindihan terjadi kita sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Tak heran, fenomena ini pun sering dikaitkan dengan hal mistis.
- Betha, frekuensi 12 – 25 Hz. Dominan pada saat kita dalam kondisi terjaga, menjalani aktifitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisa tinggi.
- Alpha, frekuensi 8 – 12 Hz.Dominan pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada. Misalnya ketika kita sedang membaca, menulis, berdoa dan ketika kita fokus pada suatu obyek. Gelombang alpha berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alfa juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hypnosis yang ringan. Pada level ini sering terjadi mimpi atau hayalan.
- Theta, frekuensi 4 – 8 Hz. Dominan di saat kita dalam kondisi hypnosis, meditasi dalam, hamper tidur, atau tidur.
- Delta, frekuensi 0,1 – 4 Hz. Dominan saat tidur lelap tanpa mimpi. Dan juga dialami oleh mereka yang jatuh pingsan atau koma dengan skala yang ‘parah’. Dalam frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang baik bagi kesehatan manusia. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar. Dan di wilayah inilah tidur tahap paling dalam (Rapid Eye Movement) terjadi.
Mitos Sleep Paralysis di Beberapa Negara
Masyarakat Jawa Kuno mempercayai bahwa “Tindihan” disebabkan oleh naiknya roh-roh halus dari tempat penyimpanan air di bawah tanah ke bawah tempat tidur seseorang.
Orang-orang Spanyol menyebutnya “pesadilla” dengan penjelasan serupa dengan “Tindihan”.
Di budaya Islandia, disebut “mara”. Kata kuno bahasa Island yang artinya hantu yang menduduki dada seseorang di malam hari, berusaha membuat orang itu sesak napas dan mati lemas.
Di budaya Hungaria, disebut “lidercnyomas” dan dikaitkan dengan kata supranatural boszorkany (penyihir). Boszorkany sendiri berarti menekan, sehingga kejadian ini diterjemahkan sebagai tekanan yang dilakukan makhluk halus pada seseorang di saat tidur.
Di budaya Malta, gangguan tidur ini dianggap sebagai serangan oleh Haddiela (istri Hares), dewa bangsa Malta yang menghantui orang dengan cara merasuki orang tersebut. Untuk menghindari serangan Haddiela, seseorang menaruh benda dari perak atau pisau di bawah bantal saat tidur.
Di budaya Turki, disebut “karabasan”, dipercaya sebagai makhluk yang menyerang orang di kala tidur, menekan dada orang tersebut dan mengambil napasnya.
Di budaya Afro-Amerika, gangguan tidur ini disebut “the devil riding your back” atau hantu yang sedang menaiki bahu seseorang.
Di budaya Meksiko, disebut “se me subio el muerto” dan dipercaya sebagai kejadian adanya arwah orang meninggal yang menempel pada seseorang.
Di budaya Kamboja, Laos dan Thailand, disebut “pee umm”, yaitu seseorang tidur dan bermimpi makhluk halus memegangi atau menahan tubuh orang itu untuk tinggal di alam mereka.
Di budaya Vietnam, disebut “ma de” yang artinya dikuasai setan. Banyak penduduk Vietnam percaya gangguan ini terjadi karena makhluk halus merasuki tubuh seseorang.
Di budaya China, disebut “gui ya shen” alias gangguan hantu yang menekan tubuh seseorang.
Di budaya New Guinea, fenomena ini disebut “suk ninmyo”. Ini adalah pohon keramat yang hidup dari roh manusia. Pohon keramat ini akan memakan roh manusia di malam hari agar tidak menggangu manusia di siang hari. Namun, seringkali orang yang rohnya sedang disantap pohon ini terbangun dan terjadilah sleep paralysis.
Di budaya Jepang, disebut “kanashibari”, yang secara literatur diartikan mengikat sehingga diartikan seseorang diikat oleh makhluk halus. Peneliti masih berusaha menemukan kaitan letak geologis Jepang di kawasan pasifik dengan fenomena ini.
Jangan Anggap Remeh
Meski biasa terjadi, gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur), kecemasan, atau depresi.
Jika Anda sering mengalami gangguan tidur ini, sebaiknya buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa minggu. Ini akan membantu Anda mengetahui penyebabnya. Lalu, atasi dengan menghindari pemicu. Bila tindihan diakibatkan terlalu lelah, coba lebih banyak beristirahat.
Kurang tidur pun tidak boleh dianggap remeh. Jika sudah menimbulkan sleep paralysis, kondisinya berarti sudah berat. Segera evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur. Usahakan tidur 8-10 jam pada jam yang sama setiap malam.
Perlu diketahui juga, seep paralysis umumnya terjadi pada orang yang tidur dalam posisi telentang (wajah menghadap ke atas dan hampir nyenyak atau dalam keadaan hampir terjaga dari tidur). Itu sebabnya, kita perlu sering mengubah posisi tidur untuk mengurangi risiko terserang gangguan tidur ini.
Nah, jika tindihan disertai gejala lain, ada baiknya segera ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur untuk diperiksa lebih lanjut. Biasanya dokter akan menanyakan kapan tindihan dimulai dan sudah berlangsung berapa lama. Catatan yang telah Anda buat tadi akan sangat membantu ketika memeriksakan diri ke dokter.
Meski biasa terjadi, gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur), kecemasan, atau depresi.
Jika Anda sering mengalami gangguan tidur ini, sebaiknya buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa minggu. Ini akan membantu Anda mengetahui penyebabnya. Lalu, atasi dengan menghindari pemicu. Bila tindihan diakibatkan terlalu lelah, coba lebih banyak beristirahat.
Kurang tidur pun tidak boleh dianggap remeh. Jika sudah menimbulkan sleep paralysis, kondisinya berarti sudah berat. Segera evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur. Usahakan tidur 8-10 jam pada jam yang sama setiap malam.
Perlu diketahui juga, seep paralysis umumnya terjadi pada orang yang tidur dalam posisi telentang (wajah menghadap ke atas dan hampir nyenyak atau dalam keadaan hampir terjaga dari tidur). Itu sebabnya, kita perlu sering mengubah posisi tidur untuk mengurangi risiko terserang gangguan tidur ini.
Nah, jika tindihan disertai gejala lain, ada baiknya segera ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur untuk diperiksa lebih lanjut. Biasanya dokter akan menanyakan kapan tindihan dimulai dan sudah berlangsung berapa lama. Catatan yang telah Anda buat tadi akan sangat membantu ketika memeriksakan diri ke dokter.
Pencegahan dan Cara Mengatasi
Sleep paralysis patut diwaspadai karena bisa merupakan gejala penyakit, seperti narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), depresi, atau bahkan schizophrenia. Sleep paralysis kemungkinan ditimbulkan juga oleh aliran darah yang tersumbat sehingga otak dan tubuh tidak lancar terhubung. Akibatnya ketika otak terbangun namun tubuh tidak dapat bergerak karena ada bagian otak yang masih memerintahkan bahwa tubuh sedang tidur. Penyumbatan aliran darah tersebut bisa berbahaya jika dibiarkan terus menerus.
Belum lagi dampak psikologisnya. Orang-orang yang mengalami sleep paralysis, setelah terbangun biasanya trauma dan tidak berani tidur karena takut kesadaran akan hilang dan kejadian itu berulang lagi. Karena itulah sleep paralysis harus dicegah dan diatasi.
1. Hindari Stres
Stres diduga penyebab terbesar sleep paralysis. Mulailah hidup sehat secara fisik maupun psikis. Jangan merokok, minum alkohol/kafein, dan makan terlalu banyak. Cukupi kebutuhan tidur dan istirahat.
Tenangkan pikiran sebelum tidur. Kunci pintu, jendela, dan padamkan api sebelum tidur. Rasulullah saw bersabda: “Padamkan api sebelum tidur, tutup pintu, bejana, makanan dan minuman” (HR. Bukhari dan Muslim). Hindari tidur dengan atap terbuka. “Barangsiapa tidur malam pada rumah yang tak ada atap penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya” (HR. Bukhari dalam Adab Al Mufrad). Jangan lupa membersihkan ranjang. “Jika kalian akan tidur, maka kibaskan kain tempat tidurnya terlebih dulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya …” dalam riwayat lain, “tiga kali” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wudhu sebelum tidur sangat membantu menyegarkan tubuh dan pikiran. Jeda waktu saat berbaring menuju terlelap dapat diisi dengan muhasabah (evaluasi diri), membaca doa, zikir, ayat Kursi, dua ayat terakhir Al Baqarah, Surah Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas. Jika bangun mendadak maka bisa berdoa: “A’udzu bikalimatillahit tammati min ghodobihi wa syarro i’baadihi wamin hamazaatisy syayaatiin wa ayyahdurun” (HR. Abu Dawud, dihasankan Al Albani). Jika mimpi buruk maka meludahlah ke kiri tiga kali, baca ta’awudz dan jangan ceritakan pada orang lain. Jika mimpi baik maka ceritakan pada saudara/sahabat dekat. Jangan lupa berdoa dan bersyukur saat bangun tidur.
2. Pola Tidur
Buat pola tidur menjadi lebih teratur. Usahakan tidur di waktu awal pada jam yang sama setiap malam, sekitar pukul 8 atau 9 sesudah isya. Aisyah ra: “Rasulullah tidur pada awal malam dan bangun di penghujung malam lalu sholat” (HR. Bukhari dan Muslim).
Posisi tidur terlentang menjadi salah satu penyebab sleep paralysis. Karena itu berbaring miring dapat mengurangi resiko tersebut. Bara’ bin ‘Azib meriwayatkan, Nabi saw bersabda: “Jika kamu akan tidur, berwudhulah seperti akan sholat, kemudian berbaringlah dengan miring sebelah kanan …”. Hindari pula tidur tengkurap (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani).
3. Membuat Gerakan Kecil
Jika mengalami sleep paralysis, beberapa orang menyarankan untuk membuat gerakan mata dengan cepat, agar dapat keluar dari situasi tersebut. Bisa juga mencoba dengan menggerakkan ujung kaki, ujung tangan atau kepala sekencang-kencangnya hingga seluruh tubuh bisa digerakkan kembali. Cara di atas ditambah dengan bernafas sedalam mungkin, tarik napas sedalam mungkin dan keluarkan secara teratur. Begitu anggota tubuh mulai dapat bergerak maka segera bangun dan tenangkan diri.
4. Membuat Gerakan Mental
Kondisi sleep paralysis sering membuat panik dan ketakutan sehingga dapat memunculkan alam bawah sadar tentang ketakutan kita sendiri sehingga terkadang terbayang adanya makhluk halus.
Mulut kelu dan susah bergerak ketika sleep paralysis bukanlah pergerakan fisik yang sebenarnya, melainkan gerakan mental. Para ahli menganjurkan untuk terus berusaha “melawan” dan menggerakkan anggota tubuh melalui kekuatan pikiran.
Karena itu tetaplah tenang dan berpikir positif. Sikap yang tenang akan meminimalkan munculnya ketakutan dan bayangan-bayangan yang buruk. Lakukan gerakan-gerakan kecil seperti yang disampaikan sebelumnya dengan ditopang pergerakan mental. Gerakan mental ini menjadi efektif dengan lantunan zikir yang teratur.
5. Pengobatan Medis
Jika terlalu sering mengalami sleep paralysis, maka selain cara-cara di atas, evaluasi diri pun harus dilakukan. Buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa pekan dan susun daftar masalah-masalah yang menyita pikiran. Ini membantu untuk mengetahui faktor pemicu sleep paralysis, sehingga gangguan tidur tersebut dapat diatasi dengan menghindari faktor pemicunya.
Jika sleep paralysis disertai gejala lain, ada baiknya segera ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur. Catatan yang sudah dibuat akan membantu dokter mengetahui kapan sleep paralysis dimulai dan sudah berlangsung berapa lama, juga jenis obat yang pernah atau sedang digunakan. Hindari konsumsi obat penenang untuk tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO COMENT . . . .!!!!
PENDAPAT ANDA SANGAT SAYA BUTUHKAN . . . .